Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 17 Maret 2014

(sumber gambar : http://hidefwalls.com/wp-content/g/star/sky-star-wallpaper.jpg)

Bintang di langit begitu banyaknya
Namun anehnya mengapa aku hanya mengharap bintang itu saja yang menyinariku
Padahal bintang itu belum tentu mahu menyinariku
Aku berteriak bintang... bintang......sinari aku
Tapi bintang itu diam saja

Aku ingin memanjat hingga ke atas sana lalu aku bisikkan di dekat bintang itu sinari aku
Namun sayang aku belum menemukan tangga itu hingga sekarang
Aku hanya bisa menyampaikan senandung ini melalui angin yang keluar dari mulutku
Wahai bintang, sinari aku, aku merindukan sinarmu, ya tak apalah apabila sinarmu kelap kelip kedap kedip walau sedikit, yang penting kau menyinari aku
Entah mengapa aku tak bisa melihat bintang yang lainnya
Padahal banyak di sana
Lalu ada angin dari samping sana yang membisikiku
“Wahai manusia yang di bawah, lihatlah ke kanan dan ke kiri, banyak bintang bukan”
Lalu aku menjawab, “ Ya duhai angin”
Angin itu pun bersenandung
“ Merugilah orang yang hidup hanya untuk dan karena satu bintang, dia mengorbankan jutaan keindahan demi satu keindahan saja, padahal siapa tahu di bintang-bintang lainnya ada keindahan bahkan yang lebih indah. Itulah orang yang telah dibutakan pandangannya dari pengelihatan yang jernih, yang buta bukan karena apa-apa dan karena siapa-siapa tapi buta karena kebodohannya, kebodohannya yang membuatnya sempit. “
Lalu aku pun terdiam dan berkata kepadanya, “Bagaimana aku bisa meninggalkan satu bintang itu, sulit bagiku ?”

Lalu angin itu pun melanjutkan senandungnya, “ Lupakanlah dan jernihkanlah pandanganmu, janganlah kau gelapkan bahkan kau butakan pandanganmu demi yang satu, sesungguhnya hatimu akan ramai apabila engkau tidak hanya untuk dan demi yang satu, yang satu setia hanya untuk Tuhan dan selain untuk Tuhan silakan terpecah-pecah.”
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar