(sumber gambar : http://hidefwalls.com/wp-content/g/star/sky-star-wallpaper.jpg)
Bintang di langit begitu banyaknya
Namun anehnya mengapa aku hanya
mengharap bintang itu saja yang menyinariku
Padahal bintang itu belum tentu mahu
menyinariku
Aku berteriak bintang...
bintang......sinari aku
Tapi bintang itu diam saja
Aku ingin memanjat hingga ke atas sana
lalu aku bisikkan di dekat bintang itu sinari aku
Namun sayang aku belum menemukan tangga
itu hingga sekarang
Aku hanya bisa menyampaikan senandung
ini melalui angin yang keluar dari mulutku
Wahai bintang, sinari aku, aku
merindukan sinarmu, ya tak apalah apabila sinarmu kelap kelip kedap kedip walau
sedikit, yang penting kau menyinari aku
Entah mengapa aku tak bisa melihat
bintang yang lainnya
Padahal banyak di sana
Lalu ada angin dari samping sana yang
membisikiku
“Wahai manusia yang di bawah, lihatlah
ke kanan dan ke kiri, banyak bintang bukan”
Lalu aku menjawab, “ Ya duhai angin”
Angin itu pun bersenandung
“ Merugilah orang yang hidup hanya untuk
dan karena satu bintang, dia mengorbankan jutaan keindahan demi satu keindahan
saja, padahal siapa tahu di bintang-bintang lainnya ada keindahan bahkan yang
lebih indah. Itulah orang yang telah dibutakan pandangannya dari pengelihatan
yang jernih, yang buta bukan karena apa-apa dan karena siapa-siapa tapi buta
karena kebodohannya, kebodohannya yang membuatnya sempit. “
Lalu aku pun terdiam dan berkata
kepadanya, “Bagaimana aku bisa meninggalkan satu bintang itu, sulit bagiku ?”
Lalu angin itu pun melanjutkan
senandungnya, “ Lupakanlah dan jernihkanlah pandanganmu, janganlah kau gelapkan
bahkan kau butakan pandanganmu demi yang satu, sesungguhnya hatimu akan ramai
apabila engkau tidak hanya untuk dan demi yang satu, yang satu setia hanya
untuk Tuhan dan selain untuk Tuhan silakan
terpecah-pecah.”
0 komentar:
Posting Komentar